Laman

Kamis, 28 Juli 2011

MENGHADAPI DIRI SENDIRI UNTUK MENGHASILKAN TULISAN

Oleh Novella Cathlin (09201241010)

Menulis sebenarnya merupakan hal yang mudah. Tidak diperlukan sebuah bakat khusus untuk menjadi seorang penulis. Dari kecil kita sudah mulai diajarkan untuk menulis, bahkan hampir setiap kegiatan yang ada selalu melibatkan tulisan. Kegiatan menulis yang sering kita lakukan, contohnya yaitu mencatat pelajaran yang ada di sekolah. Namun pada kenyataannya, hal ini jarang dikembangkan oleh para pelajar di Indonesia sehingga banyak pelajar yang menjadi gagap menulis. Hanya dibutuhkan sebuah kemauan untuk bisa menulis dengan baik dan juga disertai latihan secara intensif.
Pada dasarnya menulis sendiri merupakan proses kreatif yang tidak akan pernah lepas dari daya imajinasi, kreasi, maupun kemampuan dalam berkomunikasi melalui bahasa tulis. Hambatan terbesar yang sering muncul dalam proses menulis ini adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu, alangkah bijaknya jika kita mampu menghadapi diri sendiri sehingga hambatan yang sering muncul ketika kita menulis dapat kita atasi pula.
Hambatan Menulis

Kita tidak dapat memungkiri bahwa rasa malas sering kali menjadi hambatan terbesar dalam menghasilkan tulisan. Banyak orang yang tidak segera memulai apa yang ingin dikerjakannya karena rasa malas. Rasa malas dapat mengaburkan motivasi awal yang telah dimiliki oleh seorang penulis. Oleh karena itu, motivasi yang besar merupakan alat pacu yang paling baik dalam menghasilkan sebuah tulisan. Kita tidak bisa hanya setengah-tengah dalam mengerjakan sesuatu jika tak ingin mendapatkan hasil yang setengah-setengah pula. Dengan motivasi yang ala kadarnya menjadikan kita sangat riskan terserang rasa malas.
Sebenarnya, bukan hanya makhluk hidup yang mempunyai nyawa, tulisan seseorang pun juga memiliki sebuah nyawa. Nyawa dari sebuah tulisan itu sendiri adalah ide. Namun, tidak adanya ide selalu dijadikan sebuah alasan klasik dalam menulis. Seseorang sering dihinggapi rasa bingung karena ide tak kunjung muncul. Padahal ide itu sendiri banyak terdapat di sekitar kita. Kita dapat mulai belajar untuk menggali ide dari kehidupan yang pernah kita alami. Bahkan, hal-hal kecil yang sering terjadi di sekitar kita dapat menjadi sebuah ide yang luar biasa tergantung dari bagaimana cara kita mengemasnya. Kembangkan setiap hal yang kita lihat dan kita hadapi menjadi sebuah tulisan. Membaca juga dapat dijadikan sebuah sarana untuk mendapatkan sebuah ide. Tentu saja dengan membaca kita juga mendapatkan wawasan lebih untuk mengembangkan tulisan. Membaca dan menulis merupakan dua hal yang saling berkaitan dan saling melengkapi. Jika seseorang gemar membaca, tentu saja dalam menulis pun akan mengalami kemudahan. Apapun ide yang sempat terlintas dalam pikiran kita alangkah baiknya sesegera mungkin direalisasikan dalam tulisan. Setidaknya catat saja pokok-pokoknya dulu agar kita tidak lupa.
Setelah berhasil mendapatkan ide, terkadang kita sendiri kesulitan untuk menuangkan ide tersebut dalam bentuk tulisan. Padahal, di dalam pikiran kita terdapat banyak hal yang ingin kita tuliskan. Masalah ini biasanya sering terjadi pada banyak orang, terutama ketika seseorang akan memulai sebuah tulisan. Kalimat pertama merupakan kalimat yang sering dianggap paling sulit untuk kita tuliskan. Kita merasa tidak tahu harus menulis apa sebagai sebuah permulaan. Sebenarnya ada cara yang begitu sederhana namun sering kali kita abaikan ketika sedang menulis. Membuat sebuah kerangka karangan, dengan begitu kita menjadi punya sebuah acuan untuk mengembangkan ide yang telah kita miliki. Dengan adanya kerangka karangan tulisan yang kita buat pun tidak menjadi out of topic. Memperkaya kosa kata dapat kita lakukan untuk memudahkan kita dalam menyusun kalimat. Dengan mempunyai banyak kosa kata, tulisan yang kita buat tidak hanya sebatas menggunakan kosa kata sempit. Kosa kata sempit cenderung tidak bervariatif. Dengan kosa kata yang terbatas dapat menimbulkan kesan bahwa tulisan yang kita buat itu cenderung monoton dan membosankan. Menulis dengan kuantitas yang banyak saja sebenarnya tidak cukup. Kita harus belajar bagaimana menyusun kosa kata yang baik dan tepat dalam sebuah kalimat sehingga tidak menimbulkan makna yang ambigu bagi para pembaca.
Mungkin kita dapat menulis secara panjang lebar, namun pada kenyataannya kita sendiri tidak menguasai topik yang kita jadikan sebagai bahan tulisan. Tentu saja ini dapat menyesatkan para pembaca yang telah membaca tulisan kita. Sebaiknya kita menuliskan apa yang kita kuasai. Akan tetapi, apabila kita diharuskan untuk menuliskan hal yang tidak kita mengerti, sebaiknya kita segera mencari sumber informasi. Sumber informasi harus memadahi agar tulisan yang kita hasilkan lebih mendalam. Dengan tulisan yang mendalam, isi dari tulisan itu menjadi tidak mengambang. Hal ini membuat tulisan kita menjadi kurang menarik dan bermanfaat bagi para pembaca. Bukankah hal ini hanya menjadi sebuah kesia-siaan?
Dalam menulis sebaiknya kita mendisiplinkan diri dan mengatur waktu sebaik mungkin. Sehingga tidak akan ada yang namanya tidak punya waktu untuk menulis. Sesibuk apapun kita, sepadat apapun jadwal kita, dan sebanyak apapun kegiatan yang kita lakukan, sebenarnya masih ada waktu yang dapat kita gunakan untuk menulis. Kita dapat menggunakan waktu, meskipun itu hanya berkisar selama 30 menit sehari. Tapi, tak ada salahnya jika kita dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Anggapan ada tidaknya waktu ini sebenarnya tergantung pada diri kita sendiri.
Menulis tidak pernah lepas dari pemberian informasi kepada pembaca, baik itu tulisan ilmiah maupun hanya sekedar karya fiksi. Kesalahan penulisan dapat menyebabkan kebingungan bagi pembaca. Oleh sebab itu, penulisan kalimat yang benar dapat memudahkan pembaca untuk memahami apa yang kita tuliskan. Kita harus terus belajar menulis agar semakin menguasai EYD sehingga tulisan yang kita hasilkan dapat sesuai dengan kaidah yang ada. Kita seringkali menemui kesalahan penulisan yang meliputi pemakaian huruf kapital, tanda baca, penggunaan kata depan, dan sebagainya dalam tulisan yang telah terpublikasikan secara luas dan telah dibaca oleh khalayak umum, misalnya pada majalah maupun koran.
Ketika akan menulis, kadang kita dihinggapi oleh perasaan ragu-ragu dan tidak percaya diri. Kita sering merasa ragu terhadap apa yang kita tuliskan maupun tehadap diri kita sendiri. Sebaiknya mulai belajar menanamkan pemikiran positif dalam diri kita. Dengan menganggap diri kita cukup berkompeten untuk menghasilkan sebuah tulisan, hal ini dapat mengurangi perasaan ragu yang ada dalam diri kita. Abaikan apapun komentar yang sering muncul dari berbagai pihak, terutama komentar yang bertujuan untuk menjatuhkan mental kita. Seringkali yang kita lakukan adalah terlalu mempedulikan tanggapan dari orang lain. Padahal, tanggapan yang disampaikan itu belum tentu benar. Tetapi kita juga tidak boleh menutup mata terhadap kritik yang dapat membangun sehingga kita dapat menjadi lebih baik lagi dikemudian hari. Kita harus bisa lebih selektif lagi dalam mendengarkan kritikan dari orang lain. Segala macam keragu-raguan yang muncul ini dapat dihindari jika kita mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Karena merasa takut tulisannya tidak dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas, menjadikan seseorang tidak berani dalam mengambil sebuah resiko. Ini menyebabkan banyak pihak lebih memilih berada di zona aman dan beranggapan dari pada saya mengalami kegagalan lebih baik saya tidak pernah mencoba. Sungguh ironis jika hal ini benar-benar terjadi.
Setiap orang tentu pernah melakukan sebuah kesalahan. Rasa takut untuk menulis sering timbul dalam diri kita. Tetapi, sebenarnya yang lebih salah lagi apapila kita menyerah dan berhenti karena takut melakukan kesalahan. Manusia yang benar itu bukanlah manusia yang tidak pernah mengalami kesalahan, tetapi manusia yang mau belajar dari setiap kesalahan yang pernah dilakukan. Hal ini bertujuan agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Kesalahan merupakan salah satu bentuk dari pengembangan diri. Setiap orang mempunyai talenta dan kemampuan diri yang wajib untuk dikembangkan. Menulis merupakan salah satu talenta yang dimiliki oleh setiap orang dan dapat dikembangkan. Oleh karena itu, kita harus mulai belajar menghargai diri sendiri dan menumbuhkan keyakinan dalam diri bahwa kita juga dapat menulis dengan baik. Dengan belajar, kualitas tulisan kita dapat semakin baik dari waktu ke waktu.
Setelah kita mendapatkan ide, menguasai topik, dan mempunyai waktu luang, kadangkala kita dihadapkan pada suasana hati yang tidak tepat. Suasana hati memang penting karena dapat mempengaruhi hasil dari tulisan kita. Tetapi, membangkitkan suasana hati agar mempunyai keinginan untuk terus menulis adalah sesuatu yang harus kita bangun. Kita tidak perlu menunggu suasana hati yang tepat untuk menulis tetapi kita sendirilah yang harus menciptakan suasana hati itu.
Dewasa ini, orang menganggap bahwa menulis merupakan hal yang sulit. Sehingga banyak orang apabila dihadapkan pada masalah menulis selalu mengeluh. Hal ini menyebabkan sulitnya regenarasi yang terjadi pada dunia kepenulisan di Indonesia. Penyadaran pada diri sendiri perlu dilakukan, agar semakin banyak orang yang mau mencoba untuk menulis. Kita tidak akan pernah bisa tahu sejauh mana kita kemampuan kita jika kita tidak pernah mencoba. Pada dasarnya semua orang dapat menghasilkan sebuah tulisan. Hal ini tergantung dari seberapa besar kemauan kita dan seberapa keras usaha yang kita lakukan untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik. Maka dari itu, mulailah belajar menulis dari sekarang.

Novella Cathlin
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar