Laman

Kamis, 28 Juli 2011

JEJAK LANGKAH

JEJAK LANGKAH
Biodata Buku:
Judul Buku : Jejak Langkah
Jenis Buku : Roman Novel
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantera
Cetakan : 7, Januari 2009
Tebal Buku : 724 Halaman

Sinopsis:
Cerita ini terjadi ketika Minke sang tokoh utama dalam Novel ini memutuskan untuk meninggalkan Wonokromo demi melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Minke memilih melanjutkan untuk mengambil sekolah di STOVIA, sebuah sekolah untuk dokter pribumi. Awalnya Minke mengalami penindasan dari rekan barunya. Namun, setelah beberapa saat keadaan pun menjadi lebih baik. Terutama setelah Minke berani melawan yang telah menindasnya. Suatu hari Ter Haar seorang jurnalis De Locomotief mengajak Minke menghadiri pertemuan di kamar bola dengan Ir Van Kollewijn anggota tweede kamer dari golongan liberal, pelopor politik etik yang pro pribumi. Dalam pertemuan ini membahas mengenai kekejaman yang telah dilakukan kepada kaum pribumi. Kesempatan ini juga digunakan Minke untuk mengatakan mengenai kasus yang menimpa Trunodongso.

Pada masa sekolah di STOVIA ini minke bertemu dengan gadis Tionghoa yang bernama Mei. Mei merupakan tunangan dari Khoe Ah Soe yang dulu sempat diwawancarainya. Perkenalan mereka terus berlanjut hingga akhirnya Minke menjadikan Mei sebagai isteri keduanya. Mei mempunyai kegiatan tersendiri dengan rekan-rekan seperjuangannya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dalam hati Minke. Mei sering keluar malam, namun tidak pernah mau member tahu kegiatan yang dilakukannya kepada Minke. Pernikahan Minke kembali kandas ditengah jalan. Mei terserang suatu penyakit yang menjadikannya meti dalam usia yang muda. Selama sakit inilah Minke merawat Mei, bahkan sekolahnya pun diabaikannya. Minke membuat sebuah resep untuk Mei, namun apotek menolaknya. Hal ini dikarenakan Minke belum lulus dari sekolah dokter. Minke pun pada akhirnya dikeluarkan dari STOVIA.
Dalam masa-masa inilah Minke berkeinginan untuk membuat suatu organisasi yang beranggotakan para pribumi. Organisasi yang Minke harap bisa memajukan para kaum pribumi. Minke mulai mendekati para petinggi dan mengajak untuk mendirikan organisasi pribumi. Bupati Serang yang dia nilai berpikiran modern diajak hadir dalam pertemuan untuk mendirikan sebuah organisasi. Ternyata si bupati arogan dan feodalis sehingga dia menolak. Minke lalu menemui patih Meester Cornelis yang mendukungnya. Wedana Mangga besar Thamrin Mohammad Thabrie juga mendukung. Syarikat Prijaji berdiri. Sayang perkembangan Syarikat kurang pesat. Minke juga mendirikan koran Medan Prijaji. Ada rubrik hukum diasuh oleh Mr D Mahler yang menangani kasus kesewenangan di perusahan kereta api, perkebunan, kantor gubermen, dan lain lain.
Dengan adanya Medan gerakan pribumi semakin berkembang. Di Nederland ada Indische Studenten Vereeniging. Tomo dari STOVIA bikin Boedi Oetomo yang berkembang pesat. Minke bahkan sempat berpikir bahwa Boedi Oetomo tak akan berkembang karena hanya khusus orang Jawa. Minke menginginkan organisasi yang terbuka bagi siapa saja. Gerakan Boikot menarik perhatiannya. Medan menuliskan tentang boikot dan hal ini menarik perhatian dari seorang Prinses van Kasiruta, anak Sultan Kasiruta.
Prinses van Kasiruta ingin mengembangkan gagasan boikot di Kasiruta. Minke merasa tertarik dengan Prinses van Kasiruta dan menjadikannya isteri ketiganya. Prinses van Kasiruta bertugas menjadi pemimpin redaksi majalah wanita yang telah ditawarkan Minke sejak pertemuannya diawal. Hal ini menimbulkan kesan tersendiri bafi Prinses van Kasiruta.
Setelah Syarikat Prijaji gagal berkembang, Minke tak menyerah. Minke mendirikan Syarikat Dagang Islam yang bebas untuk semua. SDI bukan untuk golongan priyayi tapi pedagang, dan berwatak bangsa ganda bukan eksklusif Jawa, jadi mencakup semua golongan Indisch. SDI berkembang dengan pesat, berkat dukungan dari Medan pula. Bahkan Minke kini mampu membeli sebuah gedung di Kwitang.
Pemberitaan Medan yang membahas mengenai hokum mendapat masalah. Bahkan, De Knijppers sebuah gang yang di pimpin oleh Robert Shuurhof teman Minke ketika masih di Surabaya yang mempunyai dendan kepada Minke mengancamnya agar membubarkan SDI. De Knijppers selalu membuat masalah dengan SDI namun hal ini tidak pernah terekspos ke media agar masalahnya tidak semakin meluas. Minke melaporkan hal ini ke asisten residen soal bentrokan tidak pernah mendapatkan tanggapan. Hal ini membuat Minke berkesimpulan bahwa yang dilakukan De Knijppers didukung oleh gubermen.
Minke menulis di Medan mengenai masalah yang menyangkut dengan pabrik gula yang akan menurunkan biaya sewanya terhadap petani. Tindakan ini membuat Minke mendapatkan ancaman dari De Zweep. Sedangkan SDI sendiri pecah menjadi dua kubu. Pertama Syarikat Dagang Islamiyah dan kubu Minke Syarikat Dagang Islam. SDI pendukung Minke lebih banyak dan anggotanya terus berkembang pesat.
Melalui Medan, Minke mempublikasikan mengenai masalah Tengku Djamiloen orang Aceh yang diperlakukan di luar hukum oleh gubermen. Hal ini menyebabkan kantor redaksi Medam disegel. Terror dari De Zweep terus berlangsung. Puncaknya adalah ketika isteri Minke menembak anggota De Zweep demi melindungi Minke. Namun karena tidak adanya bukti mengenai siapa yang melakukan penyerangan kasus ini pun ditutup.
SDI terus berkembang. Haji Samadi diangkat menjadi ketua SDI. Minke berkeinginan untuk memperluas lagi SDI. Sehingga, Minke akan melakukan propaganda bagi dunia internasional. Medan yang sempat ditutup skhirnya dibuka kembali dan dikelola oleh Sandiman, Marko dan Frischboten. Pada akhir cerita, Medan membuat Kritikan tajam kepada Gubermen yang menyebabkan Minke ditangkap di rumahnya untuk diasingkan.

Komentar:
Novel Jejak Langkah karya dari Pramoedya Ananta Toer ini merupakan buku ketiga dari Tetralogi Buru. Roman Tetralogi Buru ini masih tetap mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Minke sang tokoh utama disini memutuskan untuk terjun ke dunia organisasi. Niat untuk mengembangkan kaun pribumi memang pantas dipuji. Di dalam novel ini tampak kegalauan hati Minke ketika mendirikan organisasi. Latar belakang organisasi menjadi alasan utama yang harus benar-benar biperhatikan Minke. Melalui tulisan Minke mampu membuat sebuah perubahan. Bahkan pihak colonial mampu dibuat khawatir dengan tulisan-tulisannya.
Alur yang ada dalam novel ini masih terkesan lambat. Namun, hal ini tidak mengurangi keindahan cerita yang ada. Pram mampu membuat pembaca penasaran sehingga tidak sabar untuk membacanya dengan tuntas. Kesan sejarah pun mampu diangkat dengan baik oleh Pram sehingga pembaca menjadi mampu menghayati cerita sesuai dengan latar yang diangkat.

Novella Cathlin PBSI UNY 2009

2 komentar: