Laman

Kamis, 28 Juli 2011

ANAK SEMUA BANGSA

ANAK SEMUA BANGSA
Biodata Buku:
Judul Buku : Anak Semua Bangsa
Jenis Buku : Roman Novel
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantera
Cetakan : 12, Januari 2010
Tebal Buku: 539 Halaman

Sinopsis:
Cerita diawali dengan Jan Dapperste alias Panji Darman mengirimkan surat yang isinya mengabarkan tentang keadaan Annelies. Annelies sudah mulai sakit sejak berada di dalam kapal. Panji Darman pun ikut pula merawat Annelies. Ketika tiba di Nederland pun Annelies tidak mendapatkan perawatan yang baik. Bahkan yang menjadi walinya selama di sana pun cenderung mengabaikannya. Karena kondisi fisiknya terus melebah juga keadaan mentalnya yang terus tertekan akibat dipisahkan paksa dari keluarganya akhirnya berita duka itu datang juga. Annelies meninggal dunia.
Hal ini membuat Nyai Ontosaroh terutama Minke mengalami keterpurukan. Hingga tiba saat Marten Nijman, redaktur
SN v/d D minta Minke mewawancarai Khoe Ah Su, seorang aktivis Cina yang sedang mengampanyekan nasionalisme datang. Akan tetapi berita yang terbit bukanlah hasil wawancara yang dilakukan oleh Minke. Marten Nijman, merubah isi naskah yang telah ditulis oleh minke. Marten Nijman menulis bahwa Khoe datang secara ilegal dari Tientsin dalam rombongan besar yang lalu dipecah ke berbagai kota. Tapi masyarakat Cina menolak gagasannya. Dia dikabarkan sudah jadi buronan. Minke menjadi kaget ketika akan membaca tulisannya yang ada malah merupakan hasil dari Marten Nijman.
Minke dan Nyai Ontosaroh memutuskan untuk berkunjung kerumah saudara Nyai. Ketika tiba di sana, Surati anak perempuan Sastro yang dulunya cantik jelita. Akhirnya cerita mengenai nasib yang dialami Surati pun terkuak. Nasib buruk Surati tidak lepas dari sosok yang bernama Frits Homerus Vlekkenbaaij, atau lebih dikenal sebagai Plikemboh. Plikemboh merupakan seorang pemabak, pemarah, kejam dan pengganggu wanita. Ketika Plikemboh melihat Surati, anak perempuan Sastro, Plikemboh merasa tertarik. Namun, awalnya keluarga Surati tidak menyetujuinya. Bahkan sang ibu menolaknya mentah-mentah. Maka Plikemboh menyiapkan jebakan untuk Sastro. Suatu hari uang kas pabrik yang jadi tanggung jawab Sastro hilang. Plikemboh mau memberi hutang dengan syarat Surati diserahkan kepadanya. Semula Surati dan ibunya menolak tapi tanpa daya. Akhirnya Surati menerima dengan setengah hati. Surati menyusun rencana untuk member pelajaran pada Plikemboh. Surati pergi ke desa yang terjangkit wabah pes. Desa itu telah diisolir dari dunia luar. Di desa itu surati singgah sebuah rumah yang penghuninya telah tewas. Hanya ada seorang bayi malang yang sedang sekarat. Namun, pada akhirnya sang bayi juga tewas menyusul orang tuanya yang telah lebih dulu tewas. Keesokan harinya Surati pergi ke tempat Plikemboh. Plikemboh pun tertular dan akhirnya tewas.
Di desa itu pula Minke bertemu dengan seorang petani yang sedang mempertahankan lahannya dari gusuran yang dilakukan oleh pihak gula. Trunodongso punya tanah lima bau. Tiga bau sudah disewakan kepada pabrik gula dengan paksa selama delapanbelas bulan tapi nyatanya sampai dua tahun kecuali dia mau dikontrak lagi untuk musim berikut. Uang kontrak 11 picis tapi dia hanya menerima 3 talen jadi masih kurang 35 sen. Minke memberi Trunodongso alamat rumahnya di Wonokromo. Minke pun menulis kisah yang dialami oleh Trunodongso dan berjanji akan memuatnya di Koran. Namun, Marten Nijman, selaku redaktur SN v/d D menolak permintaan Minke.
Suatu ketika Trunodongso tiba di Wonokromo. Trunodongso datang dengan luka yang parah dan mengatakan bahwa istri beserta anaknya sedang menunggu diseberang sungai. Maka Minke pun berangkat untuk menjemput mereka. Awalnya istri dan anak Trunodongso tidak percaya, tapi setelah dijelaskan mereka mau ikut Minke ke Wonokromo.
Masalah kembali datang. Maurits Mellema tiba di Wonokromo untuk mengambil alih perusahaan Mellema. Namun, di Wonokromo telah ada keluarga dan tetangga yang berkumpul untuk membela Nyai Ontosaroh. Segala protes dilayangkan. Namun, hal ini tidak mengubah niat awal Maurits Mellema mengambil alih perusahaan.


Komentar:
Novel Semua Anak Bangsa karya dari Pramoedya Ananta Toer ini merupakan buku kedua dari Tetralogi Buru. Roman Tetralogi Buru ini masih tetap mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Semua Anak bangsa merupakan kelanjutan dari novel bumi Manusia. Di novel ini nasib Annelies sudah jelas. Annelies menjadi korban dari keserakahan kolonialisme. Ketertindasan kaun pribumi juga diekspose dari kehidupan yang digambarkan oleh Surati dan Trunodongso. Hak kebebasan untuk hidup direnggut secara paksa, bahkan hak pribadi dengan mudahnya dilanggar.
Alur cerita yang terdapat dalam bulu ini lebih cepat dari pada buku sebelumnya, Bumi Manusia. Pramoedya masih menggunakan gaya penulisan yang sama seperti pada novel yang sebelumnya. Sejarah seakan terkuak dari cerita yang tergambar dalam novel ini. Kita kembali dipaksa untuk menyelami kepedihan yang terjadi pada masa lalu.

Novella Cathlin PBSI UNY 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar