Laman

Selasa, 14 Februari 2017

Cukup Diam, dan Dengar

Sepele memang,
Aku hanya butuh didengar.
Mungkin terlihat tak penting.
Tapi di situlah,
Aku merasa dihargai.

Cukup dengarkan aku,
tak perlu kau timpali
tak perlu kau gurui
Cukup diam,
dan dengarkan ceritaku.

Aku tak meminta yang lain,
Aku hanya butuh kau ada,
mendengar keluh kesahku
Dan katakan,
Bahwa aku akan baik-baik saja.
Bisakah?

Mangunjaya, 14 Februari 2017
-Novella Cathlin-

Senin, 13 Februari 2017

Bukan untuk Bertahan

Utuhkan kembali apa yang kau hancurkan
Beri perekat jika itu mampu menyatukan.
Mungkin,  hanya tampak utuh.
Tapi,  tak seutuh sediakala.

Terimakasih pernah mencoba,
membahagiakan,  namun berakhir menyakitkan.
Terimakasih pernah bertahan,
mempertahankan ketidakpastian.

Aku sendiri yang akan merelakan.
Segala hal,  segala rasa.
Segala kenangan mau pun asa.
Kita butuh saling melepas.

Bahagiamu bukan lagi aku.
Tujuanku bukan lagi kamu.

Akhirnya,  waktu yang menyadarkan kita.
Kita pernah sejalan,
namun bukan untuk bersama.
Kita Harus Saling Melepas
Untuk kembali memulai mimpi.

Mangunjaya,  18 November 2016
-Novella Cathlin-

Sabtu, 11 Februari 2017

Satu Langkah Bersama

Ceritakan padaku!
akan mimpi-mimpi yang ingin kau raih.
Beritahu aku!
pada harapan yang tersemai.

Kita raih bersama, 
kita tumbuhkan berdua,
mengejar angan,
menggapai asa.

Abaikan suara-suara,
ysng berniat ingin menyekat.
Perkuat genggaman,
Karena Tuhan selalu punya jalan.

Mangunjaya, 31 Januari 2017
-Novella Cathlin-

Rabu, 19 Oktober 2016

Rindu

Dan...
Senja itu sirna,
Tanpa rupa,
Tanpa sua,
Begitu pula kamu.
Tiada lagi sapa
Tiada lagi jumpa
Kita melangkah masing-masing
Dan akhirnya
Terjebak dalam kubangan
Yang ku sebut itu
Rindu...
Mangunjaya(Pangandaran), 26 Agustus 2016
-Novella Cathlin-

Selasa, 18 Oktober 2016

Pada Suatu Pagi

Aku pernah mencoba berpaling
Namun, jeratmu terlalu kuat mengikat
Aku sempat mencoba melangkah
Tapi, sekatmu memutus jarak
Lantas, aku pura-pura mencoba,
Mencoba bertahan menjadi pesakitan
Yang bahkan bergerak pun menjadi enggan
Selalu ada kenangan yang menggelayuti
jejak-jejak kehidupan
Aku bukan yang utama
Karena yang ku tahu, posisiku tak pernah aman
Kau bergerak bersama yang pertama
Namun, kau sungguh keji
Menahanku agar benar-benar tak beranjak
Ada kalanya aku ingin menyerah
Karena di mata orang
Akulah sang tokoh antagonis
Antagonis yang tersisih
Ah, aku lupa
Ini bukanlah cerita dengan akhir bahagia
Tapi tak selamanya aku ingin terpasang
Dalam cerita yang bahkan masih bisa kureka
Selamat jalan...
Aku tetap di sini
Dan kau, mulai merajut janji
Untuk Dia...
Selamat tinggal...
Aku ingin mulai bermimpi,
Terlelap...
Hingga terbangun pada suatu pagi.
Mangunjaya(Pangandaran), 30 Juli 2015
-Novella Cathlin-


Rabu, 07 Oktober 2015

Bukan Petang



Jika malam tak lagi menyapaku dalam rengkuhan kelam,
Kenapa tak kau ijinkan aku berpaling pada siang,
Dan biarkan segala cerita itu kian usang,
Bahkan meski waktu memaksaku tetap tinggal,
Aku lelah jika memang terabaikan.

Mimpi tak mengikatku,
Demikian pun kenangan yang semakin terkubur
Dalam cerita kuhapuskan segala kisah
Dan akhirnya benar-benar terlupa.

Untuk yang pernah menjadi kelam
Aku biarkan kau tetap menjadi petang,
Dan biarkan aku memeluk siang,
Setidaknya aku terasa ada.

Mangunjaya (Pangandaran), 6 Oktober 2015
Novella Cathlin

Rabu, 25 Februari 2015

Senja dalam Tawa

Ada kalanya senja tak lagi memikat
melebur bersama gurat-gurat kecewa
yang terlanjur terjerat dalam pesona
Namun, tak ada yang bilang itu dosa.
Terkadang, senja enggan rupawan
Layaknya cerita usang
yang berusaha menghilang
Meski tetap terkenang.
Tak ada kekaguman yang melebihi dusta
Tak ada keindahan yang layak dipuja.
berdiri di atas seonggok luka.
Tak membuat orang enggan melepas bahagia.
Lalu, aku melihatnya.
Melihat malam dengan anggun menyeret senja,
mengekangnya dan berkata, "Senja tertawa."
Ah, itu hanya mimpimu!
Tak ada ikatan yang selamanya menyenangkan.
bahkan, meski senja tampak tertawa.
Hei, apakah itu tawa?
Coba lihat, cahaya senja meredup.
Kalasan, 25 Februari 2015
-Novella Cathlin-

Selasa, 09 Desember 2014

EGOIS

Posisiku memang tak sebagus dia,
Yang selalu kau dukung penuh rasa percaya.
Posisiku memang tak sekuat dia,
Yang selalu kau jaga agar tak terluka.
Aku membawa kisahku sendiri,
Tidak seperti dia,
Yang membangun cerita bersamamu,
Yang kau rengkuh dalam hari-harimu.
Aku bagaikan sebuah jeda,
Yang dengan bodohnya tetap bertahan.
Enggan beranjak dan meninggalkan.
Menjadi pesakitan yang selalu siap saat kau terluka.
Aku berdiri di atas kakiku sendiri,
Tidak seperti dia,
Yang senantiasa kau topang,
Bahkan untuk melalui langkah-langkah kecil.
Aku sadar dan sepenuhnya mengerti,
Dari awal posisiku memang tak berarti,
Aku berada di luar lintasan hatimu.
Yah. . . Mungkin aku hanya sedikit iri.
Namun, aku terlanjur tenggelam
Terlanjur menikmati rasa sakit ini,
Terlanjur mencintai kisah ini,
Terlanjur terjerat oleh ceritamu.
Tak peduli kau mengerti,
Tak peduli dia tersakiti,
Aku tetap bertahan diposisiku
Menunggu kau berpaling,
Dan kembali padaku.
Kalasan, 26 November 2014
-Novella Cathlin-

Kamis, 04 Desember 2014

HUE

Senja tak lagi butuh cerita,
Karena pijar tanpa sengaja memberi warna.
Lembayung di antara jingga,
Dan melebur menjadi sebuah kisah penuh rasa.
Tapi, itu hanya sesaat.
Ketika malam memutuskan menelan pijar,
Hanya kenangan yang tersisa,
Dan meleburkan logika.
Lantas, senja kembali berdiri,
Sendiri, dalam mimpi yang bahkan
tak mampu memberi arti.
Menjalani, melewati, dan terlupakan.
Terimakasih memory
Yang bahkan masih sanggup menyakiti,
Meski semuanya berjalan tanpa kau sadari
Tapi, kaulah pusat utama dalam cerita tanpa kisah ini.
Kalasan, 04 Desember 2014
-Novella Cathlin-
Nb. HUE adalah percampuran dua warna atau lebih yang menghasilkan warna baru.

Senin, 01 Desember 2014

Jeda

Riuh suara tak lagi ku dengar,
Lantas, aku berdiri di sisi waktu,
Dan berharap menemukanmu.
Kau, dengan ceritamu.
Riuh suara hanya sebatas kata,
Tanpa ada jeda untuk sekedar bersapa
Semua berjalan masing-masing,
Sepintas, kita tak mungkin berjumpa.
Riuh suara kini sunyi,
Menyisakanku dengan masa lalu,
Di mana hanya aku yang mampu menikmati,
Hujaman kesendirian yang terlalu biasa.
Di sana, dipenghujung waktu,
Aku sempat melihatmu sejenak.
Tanpa kata, tanpa jeda.
Dan kau hanya sekedar berlalu.
Lalu, waktu kembali padaku.
Menghantarkanmu hanya untuk menyadariku,
Sebuah eksistensi yang sempat kau ingkari,
Dan kini, terlanjur menjadi candu.
Menjebakmu dalam pusaran waktu.
Bersamaku.
Kalasan, 01 Desember 2014
-Novella Cathlin
-