Laman

Senin, 16 Juni 2014

Realist Sang Pemimpi

Mimpi itu kau lalui,
Kau luruhkan bersama kenyataan.
Kenyataan yang nyata-nyatanya tak nyata.
Terbentur antara asa dan realita.

Mimpi itu kau endapkan,
Kau endapkan di batas garis harapan.
Diam! dan kau harap menghilang.
Nyatanya, kau hanya tak merasa tenang.

Mimpi itu selalu ada,
karena ku tahu, kau adalah pemimpi.
Pemimpi yang mencoba menjadi sang realist.
Tapi, kau tetap pemimpi.

Ya. . .
Kau bermimpi menjadi bukan kau.
Kau bermimpi mampu melupakan mimpi.
Dan kau sebenarnya masih terjebak dalam mimpi.

Aku tahu kau,
karena kita sama-sama pemimpi,
berjalan di garis yang sama.
Dan, berakhir dengan kebingungan
yang nyatanya masih sejalan.

Kebingungan yang masih tumpang tindih,
memisah batas antara maya dan nyata.
Tapi, kita hanya mampu melihat,
kebenaran garis itu yang hanyalah leburan ego.
yang mampu merasa menjadi tanpa mimpi.

Aku masih memimpikanmu dalam mimpi.
Kau melayang, berusaha menyentuh mimpimu.
Mimpi sang pemimpi yang tak ingin lagi bermimpi.
Dan, nyatanya masih tetap saja kau bermimpi.
meski itu dalam ketaksadaranmu.

Selama kau masih mencoba menjadi sang realist,
kaulah sang pemimpi sejati.
Selama kau masih ingin melupakan mimpimu,
kau masih tetap berada dalam mimpimu.
Kau terlanjur terjerat oleh mimpi-mimpi dan menjadikanmu selamanya sang pemimpi.

Kalasan, 11 Juni 2014
-Novella Cathlin-